Peran Media Sosial dalam Pemilu Pilkada 2024: Peluang dan Tantangan


Media sosial memiliki peran yang sangat penting dalam setiap proses pemilihan umum, termasuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024. Dalam konteks ini, peran media sosial dapat menjadi peluang besar namun juga memiliki tantangan tersendiri.

Menurut Dr. Bawono Kumoro, seorang pakar media sosial dari Universitas Gadjah Mada, media sosial memungkinkan para kandidat untuk lebih mudah berinteraksi dengan pemilih potensial. “Dengan media sosial, para kandidat dapat lebih mudah menyampaikan program kerja dan visi-misi mereka kepada masyarakat secara langsung,” ujar Dr. Bawono.

Namun demikian, peran media sosial dalam Pilkada 2024 juga membawa tantangan, terutama terkait dengan penyebaran informasi yang tidak valid atau hoaks. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada Pilkada serentak tahun 2018 lalu, terdapat lebih dari 500 hoaks yang beredar di media sosial.

Hal ini menunjukkan bahwa para pemilih perlu lebih bijak dalam menyaring informasi yang mereka terima melalui media sosial. “Pemilih harus lebih kritis dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi kebenarannya,” kata Dr. Bawono.

Selain itu, peran media sosial juga dapat memengaruhi opini publik dan arah dukungan pemilih. Menurut survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekitar 70% pemilih di Indonesia mengaku mendapatkan informasi terkait Pilkada dari media sosial.

Oleh karena itu, para kandidat di Pilkada 2024 perlu memanfaatkan media sosial secara bijaksana dan bertanggung jawab. Mereka perlu memastikan bahwa informasi yang disampaikan melalui media sosial adalah valid dan tidak menyesatkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran media sosial dalam Pilkada 2024 sangatlah penting. Media sosial dapat menjadi peluang besar bagi para kandidat untuk menyampaikan program kerja dan visi-misi mereka kepada pemilih potensial. Namun, media sosial juga memiliki tantangan tersendiri terkait dengan penyebaran informasi hoaks dan pengaruh terhadap opini publik. Oleh karena itu, para pemilih perlu lebih kritis dan bijak dalam menyikapi informasi yang mereka terima melalui media sosial.